Monday, 26 July 2010

barong ngelawang


Seniman di Bali tak pernah berhenti berkarya, walau hasil karya mereka tak selalu identik dengan fulus. Seniman tari atau tembang dan tabuh tak selalu mengkomersialkan karya mereka. Kebanyakan bahkan berwujud dalam bentuk ngayah.“Misalnya ketika Pagerwesi atau Sugihan menjelang Galungan kami harus mengarak seluruh perangkat upacara ke laut untuk disucikan atau memendak tirta suci dari tengahing segara,” ujar Gurun Santa, 61 tahun pemangku dari Cemagi Badung. Sugihan bagi seniman di kampung itu maknanya mereka harus memulai hari yang disucikan sebelum galungan.Ketika Sugihan Jawa datang perangkat upacara beserta barong dan topeng harus diarak menuju ke laut untuk dimintakan tirta suci.“Sejak itu petani dan buruh di Cemagi sudah libur tak boleh lagi melakukan kegiatan setidaknya sampai Kuningan tiba,” ungkap Gurun Santa.Di pantai Pererenan perangkat upacara itu diletakkan di pasir putih selama 2 jam. Pemangku yang meminpin upacara akan melakukan aneka macam kegiatan mulai dari membacakan doa sampai memercikkan tirta suci kepada seluruh yang hadir.“Maknanya adalah agar galungan bisa datang dengan selamat dan kami mendapatkan kemurahan rejeki kesehatan dan semua yang ada hubungannya dengan kebahagiaan hidup di dunia,” ujar Gurun Santa.Dan tradisi menyucikan barong di saat Sugihan itu telah berlangsung sejak lama, berarti dalam setahun mereka kelaut sebanyak 3 kali.Sekali saat melasti menjelang nyepi dan dua kali menyambut galungan. Barong dan perangkat lainnya kemudian disimpan sampai galungan tiba.“Sehari setelah umanis Galungan barulah Barong ini ngelawang, artinya keliling dari satu pintu ke pintu menunjukkan kepiawaian mereka menari,” ungkap Gurun Santa.Biasanya yang mengarak adalah anak anak, dan barongnyapun bukan barong yang disucikan tapi barong rekaan yang tidak dikeramatkan, tapi selalu minta restu dari barong yang asli.“Di Cemagi barong yang ngelawang hanya dari rumah kerumah, ada yang menghaturkan segehan tapi ada juga yang menanggap karena kaul dengan memberi sesari,” tutur Gurun Santa.Dengan cara barong ngelawang saat galungan itu sesepuh di banyak desa adat di Bali ingin menunjukkan bahwa di kampung mereka masih tersisa kesenian purba yang klasik.“Karena tabuh pengiring barong ngelawang itu membutuhkan ketrampilan tinggi untuk memainkannya walau Cuma terdiri dari cengceng, gong, kempur dan kendang, tanpa itu pertunjukan tak akan menarik,” tambahnya.Usai disucikan di pantai Pererenan barong kemudian diarak pulang setelah pamitan kepada dewa penguasa laut, untuk kemudian datang lagi menjelang galungan 210 hari berikutnya.

0 comments:

Post a Comment